Kamis, 29 September 2011

Damai Aceh, Damai Selat Malaka untuk Siapa?

Willy Aditya*

Dalam sejarah Melayu, nama Aceh adalah Lam Muri, Marco Polo seorang saudagar Venesia yang singgah di Peureulak dalam tahun 1292 menyebutnya Lambri. Kemudian orang Portugis memepergunakan nama Akhem, orang Belanda mempergunakan nama Akhin, sedangkan orang aceh sendiri menyebut daerah mereka Aceh.

Sejarah Aceh adalah perlawanan panjang yang diinspirasi Hikayat Perang Sabil. Spirit Perang Sabil teruji dalam perang melawan kolonilisme Belanda, Portugis dan Jepang. Spirit tersebut muncul karena dalam sejarahnya Aceh selalu dipaksa berhadapan dengan kekuatan luar yang besar. Gejolak dimulai tahun 1586 ketika Aceh harus berhadapan dengan Portugis di Selat Malaka. Sementara dengan Belanda, perang berlangsung empat babak, yaitu babak pertama tahun 1873, babak kedua 1874-1880, babak ketiga 1884-1896, dan babak keempat 1898-1942. Perang Aceh tidak hanya menguras keuangan Belanda, tapi juga mempermalukannya di dunia internasional.

Konflik panjang dalam peradapan masyarakat Aceh bukan tanpa alasan, Aceh adalah daerah di tepi pantai Selat Malaka yang merupakan gerbang perdagangan penting di zaman ekspansi koloni-koloni seperti Barat, Arab dan Cina sampai sekarang. Selain berfungsi sebagai bandar perdagangan dunia Aceh juga memiliki hasil alam yang melimpah seperti lada, kopi dan padi.


Aceh tidak hanya gigih dalam berperang untuk mempertahankan negeri di selat Malaka tersebut, tetapi orang-orang Aceh sejak dulu pandai berdiplomasi dan negosiasi. Anthony Reid memaparkan, diplomasi Aceh sudah dimulai rentang tahun 1539-1571 di era Sultan Ala’addin Riayat al Kahar. Sultan berhasil merangkul Turki sebagai negara sahabat. Masuknya Turki meningkatkan kerja sama antarkerajaan Islam di Asia Tenggara. Tahun 1873 Aceh diserang Belanda, media massa Turki membela habis Aceh dan mencaci maki Belanda. Tahun 1819 Aceh juga memerankan negosiasi mengamankan posisinya di Selat Malaka dengan melahirkan Perjanjian Pertahanan dengan Inggris. Isinya, memberi keleluasaan Inggris berlayar di Selat Malaka dan Aceh akan mendapatkan bantuan dari Inggris jika diserang musuh (Amir Sodikin: Perang Sabilillah dan Negosiasi, Modal Aceh yang Terlupa, 2005). Aceh sejak zaman kerajaan sudah memainkan politik luar negerinya secara cantik. Tak heran Amien Rais menegaskan MoU Helsinki adalah kemenangan angka mutlak pihak GAM dalam diplomasi perdamaian.

Perdangan dan hasil alam menjadikan Aceh sebagai daerah yang kaya. Dalam pameo-nya orang-orang Aceh sering menyimpan harta mereka berupa emas dalam kaleng-kaleng. Kebiasaan ini adalah cermin masyarakat transisi dari feodal ke markantilis. Tanah di ujung pulau Sumatera ini terkenal kekayaan-nya ketika Sukarno membutuhkan dana operasional perang kemerdekaan. Spontanitas Republiken masyarakat Aceh memobilisasi emasnya untuk membeli pesawat pertama di Republik ini.

Damai di Aceh, seperti Ratu Adil turun dari langit, ditunggu-tunggu kedatangannya, didoakan banyak air mata bunda dan janda serta surga bagi para anak-anak untuk kembali gelak-tertawa. Damai Aceh, apakah di tangan AMM, Tentara Nasional Indonesia, Angkatan GAM atau ada yang lain di bawah tangan yang menghendaki-nya?

Sebelum MoU Helsinki ditandantangi ada dialog Keamanan Amerika- Indonesia III (Indonesian-United Stated Security Dialogue III), Brigjen John Allen Ketua Delegasi AS. Menteri Pertahanan (Menhan) Juwono Sudarsono, mengatakan, sangat memahami keinginan sejumlah negara seperti AS dan Jepang untuk membantu pengamanan di jalur perairan sepanjang 500 mil tersebut mengingat dua negara itu menggunakan Selat Malaka untuk mengangkut kebutuhan minyak mentahnya. "Namun, alangkah baiknya jika bantuan yang diberikan itu berupa bantuan teknis seperti kapal patroli dan alat deteksi (surveillance system) yang mendukung upaya tiga negara pantai mengamankan Selat Malaka. Jadi bukan gelar kekuatan militer," kata Juwono menegaskan (2-3 Agustus 2005, Kompas).

Setelah MoU-pun semakin banyak umpan-umpan lambung yang tak tahu akan di-goal-kan kapan? Banyak media dan kepentingan mulai mengangkat tentang pengaman selat malaka sebagai perairan tersibuk di dunia. Yang paling genjar tentunya US sebagai Julius Cesar dunia. Kedua tentunya Jepang sebagai kroni terpacaya US dalam ekonomi dan pertahanan. Ketiga adalah The Socialis False China yang tak mau kehilangan sejarahnya di Selat Malaka.

Kepertingan aggressor-agresor di atas antara lain Pertama, sudah sejak lama US, Jepang dan China mengincar selat ini, sebab selat ini merupakan selat tersibuk di dunia, merupakan jalur kunci menuju Asia dan Eropa. 30-40% nilai perdagangan minyak dan gas dunia melewati jalur ini. Kedua, kepentingan menguasai kawasan Asia Tenggara, di mana Selat Malaka merupakan kunci pada kawasan ini. Sedangkan selama ini selat tersebut dikontrol oleh Indonesia, Malaysia dan Singapura. Ketiga, kepentingan militer banyaknya tawaran khususnya Angkatan Bersenjata US untuk membantu keamanan Selat Malaka dengan mendirikan pangkalan perang.

Catatan Penting Peran Selat Malaka dalam Tata Global

Aktifitas Perbandingan (kuantitas) Keterangan
Transportasi Perdagangan dunia 30-40% dari total mobilitas perdagangan dunia 50-60 ribu kapal setiap tahunnya lalu-lalang
Pelintasan bahan energi
Volume
3X terusan Suez
20X terusan Pamana • 11 juta barel minyak dan 2/3 LNG dunia diangkut kapal tanker setiap harinya.
• Pemasok 80% kebutuhan minyak Jepang, China, Korea dan Taiwan
Perompakan 15% dari perompakan di dunia • 75 – 2000
• 16 – 2001
• 17 – 2002
• 28 – 2003
• 38 – 2004
• 2005 (diperkirakan 55 kasus merunut Sigi, SCTV 28 Agustus 2005)
Sejak Februari tercantum paling atas dalam daftar perompakan laut internasional. Tiap minggu dilaporkan terjadinya perompakan. (Sumber radio Netherland, Juli 2005)
Intervensi Politik Asing • PM Jepang Koizumi pernah menawarkan diri mengirim kapal patroli. Walaupun politik luar negeri-nya tidak campur tangan dalam operasi kontionental Negara lain.
• Kongres US pernah akan mengirim Laksamana Thomas B Fargo (Komandan Militer US) untuk pengamanan selat malaka
• Selain itu pergerakan armada China dan India juga mulai bergerak ke lautan Hindia dengan membangun pangkalan di Myanmar
Proyek Uni Eropa • 1996 Komisi Eropa ini sudah menjalin proyek kerjasama dengan pemerintah menyangkut konservasi alam atau ekosistem Leuser lintas Aceh-Sumatra Utara.
• 2000 isu ini dimunculkan lagi di pertemuan CGI. Dibalik isu ini, Uni Eropa banyak memasukan para ahlinya untuk melakukan observasi.
Perusahaan Asing Lain • Exonmobill Oil
• PT Arun
Sumber Koran Tempo dan beberapa pengumpulan data secara acak


Sejarah telah menjadi kusam di tangan kekuasaan korup di bawah bendera Republik. Kemerdekaan Republik Indonesia yang nyata-nyata menegaskan pintu menuju masyarakat adil, makmur dan sejahtera ternyata ilusi semata. Tak berhenti di atas teks proklamsi, grand planning Pembangunan di era Suharto-pun mempertajam kemiskinan di tengah masyarakat terbukti dengan dideklarasikannya Gerakan Aceh Merdeka di tahun 1976 adalah respons masyarakat Aceh terhadap ekspolari Exxon Mobille Oil dari izin pemerintahan Pusat. Tipu-tipu ini masih terus berlanjut dimasa konflik Susilo Bambang Yudhono (dalam masa kampanye pemilu presiden) malah membagi-bagikan permen untuk penyelesaian kemiskinan di Aceh.

Aceh hari ini tidak hanya secercah harapan Martunis, para janda dan Haji Jafar Belieu. Aceh adalah kepentingan besar ladang investasi dan kawasan penting dalam perdagangan dunia di saku Jusuf Kalla, Endiarto Sutanto dan Malik Mahmud. Rakyat Aceh dari zaman pekik merdeka Sukarno, pembangunan Suharto, Gerakan Merdeka Hasan Tiro sampai duet maut SBY-JK tetap korban kekuasaan. Transparancy Internasional (TI) Indonesia melaporkan, sebagai provinsi kaya gas di Indonesia, Aceh justru menyandang status sebagai daerah dengan penduduk miskin terbanyak. Aceh menempati urutan keempat dengan persentase penduduk miskin 28,5 persen dari jumlah penduduk sekitar 4,2 juta jiwa.

Merujuk pada penyelesaian kasus-kasus Aceh sejak pemerintahan duet maut mantan jendral dan pedagang melayu ini, peran wakil Presiden Jusuf Kalla cukup dominan. Mulai penyelesaian bencana Tsunami, isi MoU Helsinki sampai kepala operasional perdamaian GAM-RI. Apa yang sebenarnya dicari oleh wapres Kalla, tak ada maksud yang tak berkehendak! Dominasi Jusuf Kalla di tanah Rencong terlihat dalam rencana pemerintah menutup operasional PT Pupuk Iskandar Muda di Aceh Utara. Penutupan PT Pupuk Iskandar Muda berakibat ribuan karyawan dan tenaga kerja terpaksa dilakukan pemutusan hubungan kerja.( PIM News 2005)

Menurut antropolog Snouck Hurgronje orang pertama yang mampu menaklukan Aceh tekanan dan perang berkepanjangan bagi Aceh justru akan makin meningkatkan perlawanan Aceh. Karena itu, perlu politik untuk mengambil hati orang Aceh. Namun Belanda tidak melaksanakan politik kesejahteraan. Anjuran Snouck agar Belanda memerhatikan tata cara yang sopan dan pantas terhadap kalangan Aceh juga diabaikan. Sementara Anthony Reid mencatat walau kepemimpinan sultan sebenarnya termasuk otoriter, namun yang diingat orang Aceh pada masa itu rakyat sejahtera. Dua tokoh itu menjadi teladan ulama dan umaro.

Kembali dalam situasi Aceh pasca MoU Helsinki bila duet maut mantan jendral dan pedagang melayu masih memakai operandi represif (ekonomi, politik dan budaya) tak disangkal lagi pemerintahan pusat adalah keledai dungu yang tak pernah membaca buku sejarah!
Jumat, 09 November 2007

Tidak ada komentar: