Kamis, 29 September 2011

Indonesia Kehilangan Karakter Pancasila

Media Indonesia, Rabu, 25 Mei 2011

MEDAN--MICOM: Fenomena bom bunuh diri, aksi sepihak, kekerasan antarkelompok kepercayaan dengan simbol agama terus mengancam kehidupan demokrasi di Indonesia. Lalu, ketergantungan hutang luar negeri, pengangguran, dan degradasi kualitas kehidupan dan lingkungan, serta politik pencitraan menjadikan Indonesia tidak memiliki karakter kebangsaan yang jelas dan tegas.

Hal itu diungkapkan Willy Aditya, Wakil Sekjen Bidang Litbang Nasional Demokrat, dalam seminar bertajuk 'Ini Medan Demokrasi Bung' yang berlangsung di Kampus Universitas Sumatra Utara (USU), Rabu (25/5).

Seminar itu juga dihadiri budayawan Franz Magnis Suseno SJ dan ribuan mahasiswa dari sejumlah universitas di Sumut. "Ini muncul karena adanya politik identitas yang bersemangat sektarian mengarah pada anti-Pancasila, antidemokrasi, dan antipluralisme. Politik indentias muncul pasca-Orde Baru yang membungkam aliran-aliran itu," kata Willy.

Untuk memperbaiki itu, kata dia, butuh komitmen besar dari masyarakat politik, masyarakat sipil, alim ulama untuk kembali pada nilai-nilai luhur Pancasila. Apalagi, Pancasila lahir dari proses yang natural terhadap dialektika masyarakat Indonesia yang plural secara ideologi, suku, dan agama.


"Dalam situasi dan kondisi kekinian, yang menjadi titik sentral untuk menjawab tantangan zaman tidak hanya restorasi nilai-nilai luhur Pancasila namun juga komitmen besar para masyarakat politik, masyarakat sipil, alim ulama, tokoh masyarakat, dan elemen bangsa lainnya atas dasar common interest sebagai role of game," tuturnya.

Sementara itu, budayawan Franz Magnis Suseno SJ dalam seminar itu mengungkapkan negara semestinya harus segera mengakhiri politik pembiaran terhadap kekerasan atas nama agama yang kerap terjadi belakangan ini. Pemimpin negara harus menunjukkan karakter dan keberanian untuk bicara jelas kepada rakyat, bahwa mereka tidak akan mentoleransi kekerasan.

"Kita memerlukan pemimpin yang berani mengecam semua pihak yang meremehkan Pancasila. Tidak ada yang berhak menggunakan kekerasan di negara ini," tegas Magnis Suseno. (YN/OL-8)

Tidak ada komentar: