Selasa, 24 Januari 2012

Nasib Parpol Tergantung Kinerja

Seputar Indonesia, Tuesday, 17 January 2012

”NasDem disiapkan tidak hanya sebagai partai elektoral, tetapi juga partai perjuangan. Tentu masyarakat pemilih yang berbasis nasionalis yang jenuh dengan situasi sekarang kita harapkan akan merapat ke NasDem sebagai alternatif,” ungkap Willy. Diberitakan sebelumnya, persentase swing voter atau kelompok pemilih massa mengambang pada Pemilu 2014 diprediksi bakal meningkat hingga 80%.

JAKARTA– Pergerakan massa pemilih pada 2014 akan sangat dipengaruhi kinerja parpol. Karena itu, partai yang tidak memberi gagasan baru dan perubahan demi kebaikan masyarakat akan ditinggal pemilih.

Wakil Sekretaris Jenderal Partai NasDem Willy Aditya mengatakan, gagasan baru demi perubahan yang lebih baik ini harus dijalankan secara konsisten oleh setiap parpol, dari jajaran pusat hingga daerah. Dengan begitu, karakter dan visi perjuangan parpol akan terasa oleh masyarakat sehingga para calon pemilih dapat dengan mudah membedakan parpol satu dan parpol lainnya.

”Kami sendiri cukup konsisten membawa gagasan restorasi Indonesia.Pembenahan di segala lini bangsa kita menuju arah yang lebih baik.Maju dan sejahtera. Kita punya konsep soal perubahan itu,” ujar Willy di Jakarta kemarin. Ketua Umum Liga Mahasiswa NasDem ini menekankan, NasDem sangat terbuka bagi kalangan dan simpatisan partai lain yang ingin bergabung lantaran kecewa pada kinerja parpol yang ada saat ini.

NasDem juga tidak membatasi diri pada aliran tertentu baik nasionalis maupun agama karena gerakan perubahan harus dijalankan bersama-sama dan demi kepentingan masyarakat Indonesia. Willy juga menegaskan bahwa NasDem memiliki perbedaan dengan partai lain,termasuk Demokrat dan Golkar, dalam hal gerakan perubahan sebagai antitesis situasi saat ini.

”NasDem disiapkan tidak hanya sebagai partai elektoral, tetapi juga partai perjuangan. Tentu masyarakat pemilih yang berbasis nasionalis yang jenuh dengan situasi sekarang kita harapkan akan merapat ke NasDem sebagai alternatif,” ungkap Willy. Diberitakan sebelumnya, persentase swing voter atau kelompok pemilih massa mengambang pada Pemilu 2014 diprediksi bakal meningkat hingga 80%.

Dengan begitu,rebutan ceruk pemilih antarparpol sudah tak relevan. Berdasarkan kajian Lembaga Survei Indonesia (LSI), jumlah masyarakat yang loyal pada parpol atau ideologi tertentu maksimal hanya 20%. Adapun persentase swing voter mencapai 80%.Artinya masyarakat yang belum menentukan pilihan partai atau masih berubah- ubah pilihan mencapai 80%,” ujar peneliti dari LSI Burhanuddin Muhtadi.

Burhan menjelaskan, jika dianalisis sebagai kancah perebutan ceruk pemilih antara kantong suara nasionalis,wong cilik, dan agama, potensi suara yang akan diperebutkan pada Pemilu 2014 tidak akan signifikan dibandingkan suara mengambang. Ceruk pemilih loyal dan ideologis buta sebagian akan mengalir ke Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) hingga 5–10%, sisanya masuk ke Partai Golkar dan Partai Demokrat.

Ketiga parpol ini yang menduduki posisi satu pada Pemilu 1999, 2004,dan 2009. Burhanuddin mengatakan, menurunnya persepsi terhadap pemerintah akan berdampak pada merosotnya tren suara Partai Demokrat pada Pemilu 2014.Namun, belum bisa dipastikan bahwa sebagian suara Partai Demokrat akan lari ke Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) yang telah mengokohkan diri sebagai oposisi. ”Di sini memang ada keunikan.

Dampak negatif dari jebloknya pemerintah tidak selalu ditanggung semua partai yang ada dalam pemerintah. Partai Golkar, PKS (Partai Keadilan Sejahtera), PAN (Partai Amanat Nasional),PPP (Partai Persatuan Pembangunan), PKB (Partai Kebangkitan Bangsa) bahkan bisa saja mendapat aliran suara alihan dari Partai Demokrat. Dan bagi Demokrat ini adalah tantangan besar,”ujar Burhanuddin.

Sementara itu, ceruk pemilih Islam terpelajar yang ada di ormas Muhammadiyah menjadi rebutan beberapa parpol yang berbasis keagamaan,khususnya Partai Amanat Nasional (PAN) dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS).Namun,suara dan simpatisan PAN dari Muhammadiyah diperkirakan banyak yang bergeser ke PKS. ”Kami sebenarnya tak bermaksud merebut basis suara Muhammadiyah dari PAN.

Tapi kalau itu terjadi,wajar saja karena kita punya tawaran program lebih komprehensif bagi kalangan keagamaan yang rasional dan terdidik,” ujar Sekretaris Fraksi PKS DPR Abdul Hakim. Dia menambahkan, pemahaman keagamaan yang ada di PKS sebenarnya berasal dari berbagai kalangan. Apalagi PKS adalah partai kader yang tidak membatasi diri bagi kalangan tertentu untuk meningkatkan pemahaman dan pengamalan keagamaannya.

Menurut Hakim,yang membuat PKS tampil beda daripada PAN adalah tawaran program yang menyentuh semua lini. ”Misalnya kita ada segmen pendidikan khusus untuk dai. Kita ada kegiatan khusus untuk pencinta musik Islami,kita juga buat pendidikan pemerintahan, dan seterusnya.Melalui kegiatan yang bermanfaat ini, banyak yang tertarik masuk PKS.Dan memang dari kalangan Muhammadiyah cukup banyak,” terangnya.

Hakim menambahkan, selain kalangan Muhammadiyah, PKS juga diisi banyak kader dari Al-Irsyad, pondok pesantren salafi,mahasiswa,bahkan kalangan NU. Hal ini bisa dimengerti karena variasi kegiatan keagamaan di PKS sangat banyak dan semua segmen masyarakat diajak untuk ikut meningkatkan keagamaannya.” Kita tidak hanya membina kader dari sisi politik semata- mata.

Kita berfondasi justru dari dakwah dan melalui jalur politik,”jelas Hakim. Di tempat terpisah, Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah Saleh Daulay mengatakan, ceruk pemilih Muhammadiyah memang jadi rebutan banyak partai,khususnya PAN dan PKS. ”Terlebih, massa ataupun pemilih dari kalangan Muhammadiyah adalah orangorang yang lebih rasional, berpendidikan, dan lebih kritis,” ujarnya.

Saleh menambahkan, massa Muhammadiyah memang sudah banyak yang meninggalkan PAN. Ini disebabkan hubungan historis PAN dan Muhammadiyah semakin renggang dalam beberapa tahun terakhir.Para pemilih dari kalangan Muhammadiyah pun, kata dia,tak ada jaminan akan tersalur sepenuhnya kepada PAN pada Pemilu 2014. ”Selama ini kebijakan PAN terhadap Muhammadiyah juga biasa-biasa saja.Tidak ada treatment dan ajakan dari PAN untuk Muhammadiyah.

Misalnya dalammembahasisu-isuterkait RUU atau desain masa depan bangsa. Muhammadiyah ditinggalkan saja,”terangnya. Saleh menegaskan, jika tidak ada ajakan dan aksi konkret PAN terhadap massa Muhammadiyah, dapat dipastikan pemilih dari Muhammadiyah akan berpencar ke manamana. Hubungan harmonis antara PAN dan Muhammadiyah yang memiliki sejarah kuat pun akan luntur.

Sangat mungkin warga Muhammadiyah yang masuk ke PKS atau bahkan Partai NasDem yang menawarkan konsep restorasi cukup signifikan. ”Keharmonisan itu kan selalu perlu disegarkan lagi.Terutama jika PAN tak ingin kehilangan basis suara aslinya. Kami sendiri tak yakin PAN berani meninggalkan basis Muhammadiyah.

Karena itu kami menyarankan sebaiknya komunikasi dengan Muhammadiyah diintensifkan lagi,”ujarnya. Sementara itu, Ketua Umum organisasi sayap PAN Petani Buruh Reformasi (PBR) Bursah Zarnuby mengatakan, segmen historis PAN sejatinya memang kalangan Islam terdidik yang banyak diisi dari Muhammadiyah. Hal ini juga dikuatkan dengan figur Amien Rais sebagai tokoh pendiri PAN yang juga tokoh Muhammadiyah.

”Kedekatan historis ini memang tidak boleh dipisahkan. Tapi yang harus dicatat adalah PAN juga giat mengembangkan segmen dengan menyentuh semua lapisan masyarakat dan ormas. Tujuan membangun bangsa kan bukan untuk kelompok, tapi untuk semua masyarakat,”katanya. Bursah yang juga Ketua Umum Partai Bintang Reformasi (PBR) ini menambahkan, program PAN sejatinya lebih konkret dalam membina kedekatan dengan konstituen.

Bahkan, sayap PBR hadir sebagai langkah nyata dalam menjabarkan kebijakan partai yang memihak rakyat, khususnya buruh dan petani di desa-desa. ”Artinya, jangan gara-gara basis awalnya Muhammadiyah, lantas menutup diri pada yang lain.Dalam membangun bangsa kita harus berpikir komprehensif. Tidak bisa hanya segmentif dan linier,”ungkapnya.

Di tempat terpisah, Wakil Sekjen DPP PAN Azis Subekti mengatakan, kedekatan PAN dengan Muhammadiyah sebenarnya tak mengendur.Apalagi PAN memiliki banyak kader dan anggota-anggota DPR yang sejatinya adalah orang Muhammadiyah.” Saya kira tidak akan adapenggerusansuaraMuhammadiyah dari PAN. Memang kita memperluas segmen dengan membuka diri dari semua elemen.

Tapi bukan berarti Muhammadiyah dan PAN akan menjauh.Tokoh kita Pak Amien Rais pun masih solid,”ujarnya. Azis menegaskan, jika selama ini PAN disebut kurang peduli pada ormas Muhammadiyah, hal itu adalah bentuk kepedulian terhadap PAN.Ke depan, ujar dia, porsi perhatian PAN terhadap kader dari Muhammadiyah tentu akan lebih baik. ”Apalagi Muhammadiyah adalah sumber kader intelektual yang tangguh bagi bangsa.Jadi kami yakin bahwa hubungan emosional yang terjalin selama ini tak akan pudar,” ungkapnya. mohammad sahlan/ dyah ayu Pamela  


Tidak ada komentar: