Kamis, 29 Maret 2012

Mahasiswa Jangan Alergi Berpolitik

Media Indonesia, 29 Maret 2012
TERSUMBATNYA saluran resmi aspirasi masyarakat saat ini menempatkan mahasiswa kembali menjadi tulang punggung perubahan dan penjaga keseimbangan politik.

Namun sayangnya, perjuangan mahasiswa sering kali diartikan sempit hanya melalui demonstrasi. Mahasiswa seharusnya tidak alergi terjun berpolitik agar dapat memperjuangkan aspirasi masyarakat melalui saluran resmi.

Hal itu dipaparkan Ketua Umum Liga Mahasiswa NasDem (LMN) Willy Aditya dalam Seminar Nasional FISIP Days 2012 `Mahasiswa dan Tantangan Global', di Audito rium Syahida Inn, UIN Jakarta, kemarin.

“Demonstrasi masih menjadi cara mahasiswa menyuarakan kepentingan masyarakat. Tetapi, zona perang sesungguhnya melalui parpol.

Sangat disayangkan jika para mahasiswa yang memiliki integritas, idealisme, visi, dan pengetahuan, namun tidak mau berpolitik,” ungkapnya. Mahasiswa yang alergi berpolitik, sambungnya, berpotensi menjadi oportunis di masa mendatang karena tidak punya basis pilihan sejak awal.

“Jika ingin memperbaiki nasib negara ini, mahasiswa harus masuk sistem dan mengerti ritme yang berjalan untuk kemudian mengubah sistem tersebut,” terangnya. “Dengan terjun berpolitik, tidak berarti ideologi mahasiswa jadi hilang,” tegasnya.

Pembicara lainnya, Sekretaris Program Doktor Pascasarjana Universitas Pajajaran Obstator Sinaga mengemukakan, kemerdekaan berpolitik harus diwujudkan dengan sikap tidak anti terhadap partai politik.

“Partai politik tetap harus dijaga sebagai saluran resmi aspirasi masyarakat. Ini supaya kehidupan bernegara kita tidak keluar dari sistem. Karena itu, sejak dini kita tidak boleh anti terhadap partai politik, sekalipun kelak ada yang menjadi dokter, seniman, dan lainnya,” ujarnya.

Asisten Deputi Kapasitas Pemuda Kemenpora bidang Pemberdayaan Pemuda Imam Gunawan menambahkan, upaya untuk menciptakan mahasiswa yang berkarakter adalah pembiasaan memperjuangkan hal yang benar dan disokong pendidikan yang berbasis karakter. Pasalnya, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pengaruh globalisasi harus dibendung dengan aspek lokalitas. (*/P-2)

Tidak ada komentar: