Willy
Aditya, sang editor mencoba menstranskrip pidato-pidato Surya Paloh yang
diungkapkan dalam berbagai kesempatan, dan terpilihlah 16 pidato yang
dinilainya sangat baik dan penting diketahui oleh publik, khususnya generasi
penerus bangsa yang cepat atau lambat akan memimpin bangsa ini
BUKU
bertajuk "Mari Bung, Rebut Kembali" yang diterbitkan Liga Mahasiswa
Nasional Demokrat, hari ini (Senin 16 Juli 2012) diluncurkan dalam sebuah acara
di markas Nasional Demokrat Jl RP Suroso, Jakarta Pusat.
Buku
tersebut berisi kumpulan pidato Ketua Umum Nasional Demokrat (Nasdem) Surya
Paloh yang dipilih editor Willy Aditya. Disunting Gantyo Koespradono, apa yang
tersaji di buku menjadikan seolah-olah pembaca sedang berhadapan dan
mendengarkan Surya Paloh -- dengan gaya dan suaranya yang khas -- sedang
berpidato.
Karena
ditulis dalam sebuah buku, penyunting tentunya berusaha semaksimal mungkin
untuk menyempurnakan kalimat-kalimat lisan pidato Surya Paloh dengan ragam
bahasa tulis yang baku. Namun, untuk tidak menghilangkan karakter Surya Paloh
yang berapi-api saat berpidato, penyunting sengaja membiarkan istilah atau
kalimat-kalimat khas yang biasa dilontarkan Surya Paloh yang tidak sesuai
dengan bahasa Indonesia baku.
Willy
Aditya, sang editor mencoba menstranskrip pidato-pidato Surya Paloh yang
diungkapkan dalam berbagai kesempatan, dan terpilihlah 16 pidato yang
dinilainya sangat baik dan penting diketahui oleh publik, khususnya generasi
penerus bangsa yang cepat atau lambat akan memimpin bangsa ini.
Roh
yang jelas-jelas terlihat dalam buku tersebut, Surya Paloh galau dengan kondisi
nasionalisme, persatuan dan kesatuan bangsa yang kini tercabik-cabik. Lebih
dari itu, Surya Paloh juga sangat prihatin, sebab ideologi Pancasila yang
menjadi perekat bangsa, kini praktis dilupakan, bahkan hilang.
"Jika
memang tidak ada lagi yang mempertahankan ideologi tersebut, izinkanlah saya
seorang diri berjuang untuk mempertahankannya," begitu antara lain sikap
Surya Paloh dalam salah satu pidatonya yang tertuang di buku tersebut.
Maka,
beralasan jika Rachmawati Soekarnoputri yang memberikan kata pengantar di buku
tersebut mengidentikkan Surya Paloh dengan ayahandanya, Soekarno yang berjuang
mati-matian menjadikan Pancasila sebagai ideologi dan pemersatu bangsa.
Judul
buku "Mari Bung, Rebut Kembali" juga diambil dari pengantar yang
ditulis Rachmawati. Dengan kata lain, Surya Paloh berusaha merebut kembali ideologi
Pancasila yang sekarang diupayakan pihak-pihak tertentu untuk dimusnahkan dari
bumi Indonesia.
Salah
satu cara untuk merebut kembali kejayaan Indonesia adalah dengan merestorasi
Indonesia yang selalu diungkapkan Surya Paloh dalam pidatonya.*
1 komentar:
Saya bukan penggemar Surya Paloh. Tapi saya rasa saya ingin punya bukunya.
Posting Komentar